Posted by : Unknown Jumat, 14 Juni 2013




Ada fakta unik mengenai jati diri Obama yang tidak kita ketahui semua. “Buku Kenang-kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917” yang diterbitkan atas prakarsa tiga loge besar di Jawa menyatakan bahwa sekolah di Jalan Besuki (besukiweg) tempat Obama belajar dahulu dimiliki oleh freemasonry.

SDN Menteng 01 atau akrab dengan sebutan SDN Besuki kala itu berada di bawah naungan Carpentier Alting Stiching, sebuah Yayasan miliki Freemason yang memiliki perhatian dalam bidang pendidikan.

Carpentier Alting Stiching: Yayasan Freemason
Menurut Arta Wijaya, dalam bukunya “Jaringan Yahudi di Nusantara” (Pustaka Al Kautsar: 2010) Albertus Samuel Carpentier Alting (1837-1915) adalah tokoh masonik yang berada dibalik pendirian sekolah tersebut pada tahun 1902.

Kala itu AS Alting masih melakukan inisiasi tentang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Menengah khusus bagi wanita (Hoogere Burgere School/HBS), yang merupakan usaha pendidikan pertama di Hindia Belanda. Jenjang waktu tempuh pendidikan HBS kala itu masih tiga tahun dan sempat mengalami kendala karena kekosongan pendaftar.

Reputasi Alting sebagai seorang pendidik membuatnya terlibat dalam mendirikan berbagai sekolah di dataran Jawa. AS Alting sendiri adalah alumnus teologi di Universitas Leiden dan memiliki pengaruh kuat dalam jajaran Freemasonry di Hindia Belanda.

Selain sebagai pendidik, AS Alting juga tersohor sebagai pendiri Majalah Mason Hindia dan Loge Agung Provinsial Hindia Belanda serta menjabat Wakil Suhu Agung untuk Hindia Belanda.

Seiring berjalannya waktu, AS Alting kemudian mendirikan sebuah yayasan yang dinamakan Carpentier Alting Stiching atau disingkat CAS yang bernaung di bawah Ordo Freemasonry Hindia Belanda atau kala itu disebut Ordo van Vrijmetselaren Nederlansche Oost Indie.

Lembaga-lembaga pendidikan dibawah yayasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal sekolah tempat Obama mengenyam pendidikan, sekaligus menunjukkan bagaimana visi Alting ke depannya.

Bukti-bukti itu bisa kita lihat jika berkunjung ke situs CAS (cas-reunisten.nl). Ketika membuka situs tersebut, kita akan dihadapkan langsung pada gambar sekolah di Jalan Besuki tempo dulu.


Pada sekolah-sekolah yang dibangun AS. Calting diterapkan semangat inklusif dan pluralisme. Sekolah ini tidak mengenal perbedaan agama, semua masyarakat dari segala jenis agama dipersilahkan untuk menimba ilmu.

Lambat laun kerja keras Alting membumikan pendidikan Belanda yang kental nuansa masonik semakin menorehkan kesuksesan. Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda 1764-1962 (Sinar Harapan: 2004), T.H Stevens menyatakan bahwa CAS pada tahun 1952 telah mendapatkan reputasi besar di kalangan Freemasonry.

Yayasan Freemasonry ini mengoleksi lebih dari 1.500 murid yang terbagi dalam Lyceum dengan Middelbare Meisjes School (sekolah menengah untuk perempuan), sebuah Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah menengah pertama) dan tiga sekolah dasar. Para murid merasa senang mengunjungi CAS salah satunya dikarenakan model sistem pendidikan modern dan sangat berkiblat ke Barat.

Nono Anwar Makarim, salah seorang pengacara senior pernah menceritakan bagaimana pengalamannya belajar di Carpentier Alting Stichting pada tahun 1958 yang amat bergaya Eropa. Sepeti dikutip Pusat dan Data Analisa Tempo, Nono mengatakan, ”Sejak kecil saya berdiri di dua kultur yang berbeda, satu kaki pada kultur Barat, satu lagi berpijak di kultur Timur.

AS. Carpenter Alting dan Perannya Menyebarkan Faham Freemason

Pengalaman Alting melanglang buana ke dataran Nusantara sebagai tokoh penting freemason tidak bisa dianggap sepele. Ia rajin berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi melebarkan sayap freemason.

Menurut Arta Wijaya, AS. Alting pertama kali menginjakkan kaki di tanah nusantara di kota Padang. Ia kemudian bergabung menjadi anggota Loge matahari dan terlibat mendirikan Perkumpulan Pengurusan Yatim Piatu dan Padang Frobel School yang dibuka pada tahun 1889.

Dari Padang, AS. Alting kemudian dipindahkan ke Buitenzorg (Bogor) dan memegang peranan berpengaruh dalam tubuh Buitenzorg Maconniek Societiet (Perkumpulan Mason Bogor). Perkumpulan ini kemudian meretas berdirinya Loge Excelsior pada 1891 di kota tersebut.

Lama mengenyam diri di Bogor, selanjutnya AS. Alting masih melanjutkan pengembaraannya dengan hijrah ke Semarang pada kurun waktu 1895. Menurut catatan Wikipedia, nama AS. Alting tercatat sebagai pendeta di Gereja Blenduk yang kini terdapat di Jl. Letjend. Suprapto 32 Semarang dengan nama Gereja GPIB Immanuel.

Gereja Kristen ini adalah gereja tertua di Jawa Tengah. Ia dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada tahun 1753. AS. Alting sendiri kemudian aktif berkhotbah di Gereja ini pada durasi 1895-1897.

Alumni CAS dan Riwayatnya kini
Kisah sukses CAS membumikan pendidikan Belanda, membuat para alumninya berinisiatif untuk mendirikan yayasan CAS-Relinisten untuk mengenang masa-masa mereka sekolah dulu.

Bahkan tepat ketika pada tanggal 3 September 1977, telah sukses diadakan peringatan 75 tahun berdirinya cikal bakal CAS pada tahun 1902. Acara tersebut sendiri dilakukan dalam suatu pertemuan besar dengan melibatkan sejumlah alumni dan elemen-elemen terkait di Gedung Konser di Den Haag.

Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam reuni tersebut, Atase Militer kedutaan besar Indonesia meberikan kata sambutan dengan menekankan bahwa CAS di Indonesia telah menjalankan suatu fungsi yang amat penting.

Dan hasil reuni itu kemudian dirumuskan dalam bentuk buku kenangan berjudul Gedenkboek 1902-1977 (Buku Peringatan 1902-1977) yang dilengkapi dokumentasi album foto sehingga memberikan kesan berarti.

Saat pemerintah Indonesia, mengeluarkan Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry beserta segala organisasi derivatnya, nasib kegiatan di sekolah ini sempat terkatung-katung.

Kehadiran CAS yang terendus kuat memiliki misi Freemasonry membuat mereka sibuk memutar kepala. Namun waktu tidak memberi mereka peluang banyak untuk bernafas hingga akhirnya kegiatan di sekolah ini tidak lagi aktif tak lama setelah Keppres itu dikeluarkan.

Sebenarnya Raden Said Soekanto, Kepala Kepolisian pertama RI sudah mengendus akan terjadinya pembubaran CAS pada tahun sebelum kepres itu dikeluarkan.

Soekanto yang juga kader inti freemason telah mengatur strategi untuk meneruskan roda perjalanan sekolah ini dengan cara mengganti nama Yayasan Carpentier Alting menjadi Yayasan Raden Saleh pada tahun 1958.

Namun seperti yang sudah dikisahkan sebelumnya, sejarah CAS di bawah pimpinan Indonesia hanya berlangsung singkat. Kala itu Yayasan Raden Saleh mengambil alih anggaran dasar CAS dan memberlakukan peraturan bahwa mayoritas anggota pengurus haruslah merupakan kader freemason tulen. Akhirnya banyak anggota-anggota pengurus baru berasal dari loge Jakarta “Purwa Daksina”.

Ketua pengurus sendiri dipimpin oleh Soekanto. Sedangkan R. Sumitro Kolopaking dan R. Soerjo memangku jabatan wakil-wakil ketua. Adapun M. Soendoro, yang zaman itu memangku jabatan Sekretaris Agung Loge Agung Indonesia, diamanahkan untuk mengisi posisi sekretaris.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Translate

Popular Post

- Copyright © Welcome to my blog ->- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -